SALARYMAN PIONIR SALESMAN DI JEPANG

Sekarang ini berbagai perusahaan mulai sulit mencari karyawan dengan profesi salesman atau sales girl. Padahal kalau mengutip wikipedia, bahwa ”menurut koordinator Tim Peneliti Prospek Perekonomian Indonesia 2007 Pusat Penelitian Ekonomi LIPI M. Tri Sambodo, terdapat 1,6 juta pengangguran baru, yang menambah jumlah pengangguran yang sudah ada sebesar 11 juta. Ia menambahkan, angka 1,6 juta pengangguran itu berasal dari angkatan kerja yang tidak tertampung oleh kesempatan kerja pada 2007 sebesar 1,4 juta orang”. Padahal kalau mau menoleh ke belakang, bahwa banyak lowongan yang diluncurkan baik di surat kabar, poster, broker SDM maupun tulisan-tulisan besar di depan pintu masuk  perusahaan tidak lagi mendapat respon dengan baik oleh calon karyawan. Hal ini adalah fenomena yang sangat menarik. Serta kita tahu bahwa semua usaha sekecil apapun selalu berhubungan dengan aktivitas penjualan. Apalagi dengan perusahaan-perusahaan yang konsisten setiap hari mengirimkan salesmannya ke berbagai pedagang perantara seperti pengecer dan grosir untuk mencari order. Jika salesman atau sales girl sulit didapatkan, maka dapat diterka apa jadinya perusahaan-perusahaan yang ada, pasti mereka tidak memiliki tingkat penjualan yang memadai.

Berkaitan dengan kesulitan ini, Negara Jepang pasca kebangkitan ternyata bisa maju dengan pesat karena muncul gerakan-gerakan yang berhubungan dengan aktivitas penjualan dan distribusi channel produk. Kala itu muncul para Salaryman yang memajukan perkembangan bisnis hampir semua perusahaan di Negara Jepang. Siapakah Salaryman tersebut? Salaryman tak lain adalah para penjual atau salesman profesional yang menggerakan hampir semua industri di Jepang dalam memasarkan produk-produknya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Mereka adalah pionir salesman Negara Samurai tersebut.

Nah, berkaca dari pengalaman negara lain harusnya perusahaan-perusahaan mulai sadar, bahwa sebenarnya salesman yang mereka cari adalah salesman yang tidak dilahirkan, atau membawa bakat sebagai penjual. Tetapi mereka dibentuk, dilatih dan diarahkan supaya menjadi penjual profesional. Sayangnya kesadaran ini bagi pengusaha di Indonesia masih jauh dari kenyataan yang ada. Seringkali terjadi, mengapa salesman sulit dicari, ternyata salesman tidak mau bekerja lagi setelah bekerja sebulan. Persoalannya adalah perusahaan menuntut begitu besar pada mereka untuk mencapai target, tanpa memberikan ”cara” bagaimana meraih target itu. Perusahaan menganggap bahwa salesman yang direkrut memiliki bakat luar biasa sebagai penjual, walau kenyataannya mereka bergabung dengan perusahaan, karena tidak ada pekerjaan pilihan lainnya.

Sementara itu ketika diberikan ide agar memberikan pelatihan pada para salesman, para pemilik usaha kurang amat sangat memperhatikan anggaran untuk pelatihan. Memang ada perusahaan yang rela mengeluarkan biaya untuk pelatihan para salesman mereka, tetapi perusahaan seperti ini hanya bisa dihitung dengan jari. Selebihnya para salesman mereka dibiarkan bekerja secara natural. Sementara kondisi persaingan semakin ketat, dan ketika para salesmannya tidak bisa menjual banyak, perusahaan sengaja membuat atsmofir pekerjaan penuh dengan tekanan. Kalau kemudian satu per satu salesmannya pergi, maka untuk mendapatkan mereka lagi akan lebih sulit.

Serta untuk mengatasi hal tersebut, tentunya agar perusahaan memiliki salesman handal adalah dengan cara memberikan pelatihan pada mereka. Motivasi dengan komisi saja tidak cukup, apalagi dengan motivasi yang sifatnya setahun sekali. Pelatihan yang diadakan tidak perlu mahal, cukup setiap pagi pemilik, manager atau sales supervisor memberikan berbagai wawasan, skill baru, atau informasi baru. Baik yang dicuplik dari buku-buku, majalah bisnis, atau sumber lainnya yang berkaitan. Jika ingin lebih baik lagi adalah mengirimkan sales supervisor, atau manager penjualan ke pelatihan Nasional. Setelah pulang dari pelatihan diwajibkan mengajar para salesman perusahaan. Atau kalau ingin lebih baik lagi adalah mengundang pelatih berpengalaman di bidang penjualan. Semua team salesman akan dilatih secara langsung. Nah, jika cara diatas diambil salah satunya saja, maka pihak perusahaan sudah bisa mengurangi angka salesman yang keluar dari perusahaan. Silakan mencoba!**