KELOLA BISNIS KELUARGA AGAR SUKSES TANPA KONFLIK DAN PECAH KONGSI

Di Indonesia, mayoritas dunia usaha dikuasai oleh bisnis keluarga. Menurut laporan PwC, sekitar 95% perusahaan di tanah air dimiliki dan dijalankan oleh keluarga, mulai dari usaha mikro hingga perusahaan besar. Bahkan menurut riset Boston Consulting Group (BCG), lebih dari separuh dari 200 perusahaan terbesar di Asia Tenggara merupakan perusahaan keluarga. Dominasi ini menunjukkan betapa besar peran bisnis keluarga dalam roda perekonomian nasional.

Namun, di balik potensi besar tersebut, bisnis keluarga juga menyimpan risiko yang tak kalah besar. Konflik internal, perebutan kekuasaan, dan tidak adanya tata kelola yang jelas dapat menyebabkan keretakan hubungan, hingga berujung pada kehancuran bisnis. Banyak kisah tentang perusahaan yang runtuh karena konflik antar anggota keluarga yang tidak dikelola dengan baik.

Mengapa Konflik dalam Bisnis Keluarga Sering Terjadi?

Dalam praktiknya, bisnis keluarga bukan sekadar urusan bisnis, tetapi juga membawa emosi, sejarah, dan relasi personal yang kompleks. Ketika perusahaan tumbuh dan mulai melibatkan lebih banyak anggota keluarga dari generasi ke generasi, perbedaan visi, ketidakseimbangan pembagian peran, hingga isu keadilan dalam distribusi keuntungan kerap memicu konflik.

Presiden EO Indonesia, Sophia Sung, menjelaskan bahwa perselisihan dan perebutan kekuasaan menjadi pemicu utama keretakan dalam bisnis keluarga. Hal ini sering kali berdampak pada generasi kedua dan ketiga yang tidak ingin mengulangi kesalahan serupa. Oleh karena itu, banyak keluarga mulai mencari solusi tata kelola yang mampu mencegah konflik sebelum terjadi.

Kisah Sukses Perusahaan Keluarga di Indonesia

Tidak semua bisnis keluarga mengalami nasib buruk. Ada juga yang berhasil tumbuh dan berkembang di tangan generasi selanjutnya. Dua contoh sukses yang bisa dijadikan panutan adalah Grup Kawan Lama dan Blue Bird. Kedua perusahaan ini kini dikelola oleh generasi ketiga dan tetap mampu menjaga harmoni keluarga sambil terus memperluas cakupan bisnisnya.

Apa rahasianya? Jawabannya terletak pada tata kelola yang baik dan perencanaan lintas generasi yang matang. Perusahaan-perusahaan ini telah menerapkan sistem manajemen yang profesional, memisahkan urusan keluarga dari urusan bisnis, serta memiliki aturan internal yang jelas untuk seluruh anggota keluarga yang terlibat.

Pentingnya Tata Kelola dalam Bisnis Keluarga

Profesor Marleen Dieleman dari IMD menyatakan bahwa transisi antar generasi dalam bisnis keluarga memerlukan kehati-hatian tinggi. Banyak pemilik bisnis yang enggan untuk meningkatkan profesionalitas manajemen, padahal ketidaksiapan dalam hal ini dapat memicu kerugian besar bahkan kebangkrutan. Saat ini, banyak perusahaan keluarga di Indonesia tengah berada pada fase krusial, yakni perpindahan kepemimpinan dari generasi kedua ke generasi ketiga.

Dalam konteks inilah, tata kelola menjadi sangat penting. Tata kelola yang baik tidak hanya soal pembagian kekuasaan, tetapi juga menyangkut sistem komunikasi yang terbuka, kejelasan peran, mekanisme pengambilan keputusan, serta penanganan konflik secara adil.

Menerapkan Kerangka GRID untuk Memetakan Risiko

Salah satu kerangka kerja yang direkomendasikan oleh Dieleman adalah GRID (Governance Risk Identifier). Kerangka ini membantu pemilik usaha keluarga memahami seberapa kompleks struktur bisnis mereka dan sejauh mana keterlibatan keluarga di dalamnya. GRID berfungsi sebagai alat pemetaan risiko tata kelola agar pemilik bisnis dapat menyusun strategi yang relevan dan aplikatif.

Dengan memahami posisi perusahaan dalam kuadran GRID, para pemilik usaha bisa menentukan pendekatan tata kelola yang paling sesuai. Misalnya, jika struktur bisnisnya kompleks dan banyak keluarga yang terlibat, maka diperlukan peraturan internal yang lebih ketat dan pembagian peran yang tegas. GRID juga membantu mengidentifikasi titik rawan yang berpotensi menjadi sumber konflik di masa depan.

Langkah Strategis untuk Menjaga Keberlanjutan Bisnis Keluarga

Untuk menjaga bisnis keluarga tetap sehat dan harmonis, berikut beberapa langkah strategis yang bisa diterapkan:

  1. Pisahkan antara kepentingan keluarga dan kepentingan bisnis. Pastikan keputusan bisnis diambil secara profesional, bukan berdasarkan kedekatan emosional semata.
  2. Susun peraturan keluarga secara tertulis. Buat kesepakatan tertulis terkait pembagian peran, mekanisme suksesi, dan pembagian keuntungan agar semua anggota memiliki acuan yang sama.
  3. Bangun komunikasi yang terbuka dan rutin. Sediakan forum khusus untuk diskusi internal yang membahas kondisi bisnis sekaligus memperkuat ikatan keluarga.
  4. Libatkan pihak profesional jika diperlukan. Tidak semua masalah bisa diselesaikan secara internal. Libatkan konsultan, mediator, atau penasihat hukum jika diperlukan.
  5. Persiapkan regenerasi sedini mungkin. Bekali generasi penerus dengan pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan yang memadai agar mereka siap melanjutkan estafet kepemimpinan.

Kesimpulan

Bisnis keluarga adalah aset berharga yang mampu menopang perekonomian, baik skala lokal maupun nasional. Namun, untuk bisa bertahan dan berkembang, dibutuhkan tata kelola yang profesional serta kesiapan dalam menghadapi tantangan lintas generasi. Tanpa perencanaan yang matang, bisnis keluarga bisa saja runtuh karena konflik internal dan pecah kongsi.

Jika Anda sedang membangun atau mengelola bisnis keluarga dan ingin memastikan kelangsungan usahanya secara harmonis dan profesional, kami siap membantu. Hubungi kami melalui WhatsApp di 0818521172 untuk mendapatkan solusi tata kelola bisnis keluarga yang tepat dan terpercaya.